Semua Orang Berubah

Ahmad Alangkibar
3 min readApr 18, 2021

--

Akhir-akhir ini, penulis lagi asyik mendengarkan sebuah lagu yang dibawakan oleh band rock asal Inggris, Keane, berjudul “Everybody’s Changing”

saking sukanya sama lagu ini, menurut data dari https://www.statsforspotify.com/, lagu ini melesat jadi #1 top tracks in last 4 weeks, dan #3 top tracks in last 6 months.
Data ini menunjukan bahwa penulis benar-benar mendengarkan lagu ini hampir di setiap saat, saat berkendara, bekerja, tidur, mandi, dan banyak aktivitas lainnya.

*Dari kejauhan terdengar teriakan* “Memangnya apa sih yang spesial dari lagu ini, bang?!”

Well, sebelumnya harus diingat bahwa lagu ini adalah lagu yang dirilis tahun 2004 dan penulis pernah mendengarkannya pada masa-masa SMP. Tentu bukanlah hal yang mudah untuk mengerti lagu dengan lirik asing, apalagi untuk orang yang kemampuan bahasa inggrisnya dibawah rata-rata. Maka dari itu, lagu ini dulu rasanya b aja, tapi kok sekarang jadi mantep.
Kondisi seperti ini tidak jarang terjadi pada masyarakat ekonomi asean yang kondisi hatinya rentan dan tak menentu, seperti yang dikatakan Frank Ocean

“When you’re happy, you enjoy the music but when you’re sad, you undestand the lyrics” — Frank Ocean

Selain memang lagu ini memiliki nada yang asyik dan musiknya termasuk easy listening, dipadukan dengan suara Tom Chaplin yang pasrah kian membawa pendengar menuju sad hour vibe yang paripurna.

Kebetulan penulis yang baru saja merasakan getaran kesedihan akan sikap, perasaan, dan perilaku orang sekitarnya yang berubah dengan sangat cepat diluar ekspektasinya membuat lagu ini semakin relatable

Syair terbaik bagi penulis dari lagu ini adalah

3 baris syair yang begitu kuat seakan-akan mewanti-wanti kita akan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi

Kebiasaan penulis dalam menaruh ekspektasi pada sesuatu yang belum bisa dipastikan kesungguhannya seringkali membawa patahan ekspektasi yang begitu mendalam.
Hal ini pula yang menjadi pelajaran bagi penulis bahwa sejatinya perasaan manusia tidak bisa dengan mudahnya ditebak berdasarkan apa yang kita lakukan pada manusia lainnya, banyak faktor-faktor lain yang menjadi pertimbangan seseorang untuk menetap, berubah, atau meninggalkan, bahkan dalam situasi yang serba positif sekalipun.

Baru terbukanya pemikiran penulis akan hal ini tidak lepas dari kurangnya jam terbang dalam hal hubungan antar-manusia yang membuat ini menjadi shock theraphy dan harus dimengerti.
Mau bagaimanapun, harus dimengerti.

Menghargai keputusan orang lain untuk berubah ketika kita sudah merasa memberikan semuanya adalah hal yang cukup berat diterima oleh hati maupun pikiran, namun lagi-lagi kita harus selalu ingat bahwa perubahan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan, ya… kehidupan tiap individu.

Maka dari itu, dibanding kita menaruh banyak harapan pada sesuatu yang mungkin berubah, lebih baik kita belajar melakukan penyesuaian cara berpikir untuk berhenti menempatkan harapan pada instrumen eksternal diri kita (yang lebih baik kita anggap itu pasti berubah).

“You can’t expect everyone to have the same dedication as you.” —Jeff Kinney

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Ahmad Alangkibar
Ahmad Alangkibar

No responses yet

Write a response